Minggu, 17 Juni 2012

CURRICULUM : A COMPREHENSIVE INTRODUCTION

CHAPTER REPORT CURRICULUM AND MATERIAL DEVELOPMENT
CURRICULUM : A COMPREHENSIVE INTRODUCTION
BY: LIA MULIAWATI- ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT-A SMT IV 2012
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


BAB I
PENDAHULUAN

A)      Latar Belakang
Buku ini merupakan sebuah pengantar komprehensif pada kurikulum sebagai acuan karena buku ini memiliki unsur-unsur yang saya butuhkan dalam membuat chapter report, selain itu bab ini memberitahukan bagaimana politik kurikulum membuat dan menerangkan potensi sumber dari konflik diantara para pemimpin. Isu yang mempengaruhi pengembangan kurikulum selalu berubah sesuai dengan perubahan zaman, sosio-kultural, politik, ekonomi, bahkan isu-isu yang menjadi tren di dalam kehidupan masyarakat. Artinya isu dalam pengembangan kurikulum mencangkup seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Sebuah mata pelajaran dari pembuatan politik kurikulum mungkin membantu pembaca menjadi lebih terkait tentang membuat pembahasan bahwa proses berjalan dengan level yang berbeda. pembaca harus mulai bertanya, grup apa yang berminat membuat pembahasan kurikulum? Apakah konsekuensi dari  solusi politik untuk pertanyaan kurikulum itu sendiri?
  
B)    Rumusan Masalah
Pertanyaan:
1.      Sebutkan dan jelaskan  hal-hal terpenting dalam issues pada bab ini?
2.      Jelaskan issu-issu kurikulum  menurut pandangan dari ahli lain?
3.      Apa saja bidang mata pelajaran pada Directions in the subject fields?
4.      Jelaskan tahap-tahap dari The Politics of Curriculum Making?
5.      Siapa saja yang dapat menentukan kebijakan kurikulum?

C)    Tujuan Penulisan
Dengan adanya rumusan masalah sangat di harapkan membawa manfaat besar terutama bagi calon-calon tenaga pendidik di Indonesia ini.
Dalam makalah ini setiap pembaca mengetahui issu dan trend yang berkembang dalam kurikulum ini, mengetahui sejarah dan dan ilmu sosial pada subjek materi dan metodology pada pengantar komprehensif.

D)    Identitas Buku
Judul buku                  : Curriculum: A Comprehensive Introduction
Pengarang                   : John D. Mc Neil
Penerbit                       : Little Brown
Tahun                          : 1998
Jumlah halaman           : 325
Judul Chapter report   : Issues and Trends
Bab                              : IV











BAB II
PEMBAHASAN

1.      Arus isu menuntut tanggapan kurikulum lima hal terpenting dalam issu kurikulum yaitu: Kurikulum yang  tersembunyi (the hidden curriculum), Pendidikan moral (moral education), Pluralisme kebudayaan (cultural pluralism), Tendensi atau urutan pokok (main treaming), dan karir pendidikan (career education). Issu ini adalah penting sekali karena pemecahan atau resolusi issu akan berubah dalam kurikulum dengan cara yang sangat berbeda. Disini, pengarang memberitahu bahwa buku ini tidak akan memberikan definisi kumpulan solusi pada issu, sebagai ganti nya menawarkan batasan gambaran dengan menghormati satu sama lain. Tujuannya tidak untuk memperdebatkan satu mengasihi gambaran tapi mempertimbangkan semua faktor yang digunakan. Yang ke-enam, mata pelajaran internasional (international studies) adalah kurang penting, tapi itu diminati pada orang di beberapa negara dan memberi kesan bagaimana kerjasama internasional bisa menyumbang terhadap masalah solusi kurikulum.
1)       Kurikulum Tersembunyi (The hidden curriculum)
Sebuah ungkapan, kurikulum tersembunyi menunjukan bahwa beberapa akibat disengaja dari pendidikan yang diterima di sekolah tidak secara formal mengakui ini adalah tidak secara resmi mempunyai pengaruh atas bahan-bahan pelajaran. Yang mungkin salah satu mendukung atau melemah hasil pencapaian dalam daftar tujuan. Kurikulum tersembunyi memberi kenaikan pada beberapa orang tentang pertanyaan penting. Apakah itu mendidik atau salah mendidik? Demi kepentingan siapa pelayanan terbaik itu? seharusnya pekerja kurikulum mengontrol kurikulum tersembunyi baik tidak berbahaya atau sebuah alat untuk tujuan pernyataan secara resmi? Haruskah kita meninggalkan kewajaran,menyembunyikan, alamiah dan  aspek pada sekolah yang tidak berpengalaman?
Pertama bagaimanapun, kita harus memahami apa yang dimaksud oleh kurikulum tersembunyi ada beberapa definisi yaitu:
·         pandangan sosiologis pada kurikulum tersembunyi
sosiologis menarik di susunan dan sistem sosial, mereka belajar kedudukan atau posisi, peran, dan berinteraksi, pola diantaranya berbeda orang, mereka belajar menggunakan kekuasaan, kewenangan, norma, persetujuan, dan tindak tanduk sosiologis juga menarik pada proses dan tujuan.
Contoh: menurutnya  sekolah mempunyai fungsi seperti sosialisasi pada anak-anak mempersiapkan remaja untuk masa kedewasaan.
Menurut C. Wayne Gordon menyatakan pembelajaran alamiah dari sistem sekolah informal apa yang di pelajari itu dibuat-buat sebuah sistem kurikulum
tersembunyi. Gordon percaya bahwa guru harus mengenal dari sistem informal.
·         Pandangan lain pada kurikulum tersembunyi
Lawrence Kohlburg telah mengusulkan bahwa kurikulum tersembunyi bisa menjadi sebuah wahana untuk pertumbuhan moral, mematuhi hukum, tata tertib konstitusi, karakter moral, dan yang terutama adalah moral pendidikan adalah kesetiaan pada sekolah.
2)      Pendidikan moral (Moral Education)
Urusan moral menurut orang Amerika tanpa dasar moral, tidak akan ada pemerintah, teknologi, atau bahan yang mencukupi issu ini.


Menurut Philip Phenix menunjuk dengan tepat dasar pertanyaan pada pendidikan  moral sebagai nilai, standar, atau norma-norma itu adalah menjadi penggunaan dan sumber pembenaran untuk norma-norma ini. Dalam wewenang pada pendidikan moral, sekolah harus mengembangakan skill dan terus focus mepertimbangkan pada pribadi dan masalah sosial, membawa dan menanggung perspective yang relevan dari berbagai dimensi khusus.
3)      Budaya pluralisme dan kurikulum (Cultural Pluralism and The Curriculum)
Dewan pendidikan Historycally menolak kurikulum di bedakan untuk orang italia, kulit hitam, chicaos,rasial,kelompok beragama dan etnis lainnya.
Pada tahun 1974, budaya pluralisme mencakup banyak tujuan sosial, setiap sekolah dapat ditempatkan pada titik yang berbeda sepanjang kontinum separatisme budaya pluralisme.menurut James Deslonde di Stanford University memperkenalkan 6 tahap dimana sekolah dapat digolongkan.
·         Separatisme, sukarela terpisah di sepanjang garis ras etnis sekolah. Staf menekankan persiapan akademik, identitas budaya, study etnis, studi ketidaksetaraan, dan pencocokan program untuk gaya budaya masyarakat.
·         Segregasi, sekolah dengan tidak sukarela memisahkan siswa,, pemimpin sekolah cenderung menyangkal masalah keanekaragaman dan mencoba dan mempertahankan status, orang di sekolah-sekolah mencurahkan perhatian untuk jadwal bus dan penempatan murid dari modifikasi dalam kurikulum guru dapat menerima pelatihan sensitivitas budaya.
·         Desegregasi, sekolah secara fisik mengatur ulang anak-anak dan mencoba menyesuaikan anak ke lingkungan sekolah. Beberapa anak-anak dengan bus. Dalam dalam tahap awal desegrasi banyak tenaga yang keluar pada proses kecil di kurikulum. Biasanya, ketika menata ulang anak-anak, daerah menemukan bahwa hanya menempatkan sisi ridak melakukan pekerjaannya mungkin ada persiapan kegiatan studi etnis.
·         Posting desegregasi. Sekolah memiliki program tujuan baru, yaitu studi sosial yang mencakup konten ditujukan pada kelompok minoritas yang berlaku. Guru memperoleh keterampilan baru, dunia anak mengambil ketiga bagian dalam program pembangunanbaik skill atau sesi kesadara budaya. Ada penekanan mendiagnosis pada kelemahan akademik.
4). Mainstreaming
Mainstreaming adalah jenis lain dari integrasi itu adalah masuknya anak-anak cacat di mainstrem pengasuahan anak dan pendidikan.ada beberpa issu etis dan ptraktis yang berkaitan dengan pencampuran yang sukses seperti; argument untuk mainstreaming, masah dalam mainstreaming, mainsteaming dan kurikulum.
5). Karir pendidikan (career Education)
Juru bicara untuk karir pendidikan telah mendefinisikannya dengan cara yang berbeda. Menekankan beberapa kesempatan memberikan pelajar untuk pengalam kerja langsung dalam situasi formal dan informal, lainya mendefinisikan  sebagai suatu rencana dimana individu dapat berorientasi pada dunia kerja dan menjadi lebih terlibat secara aktif dalam angkatan kerja, masih ada yang memandang pendidikan karir sebagai upayatotal sekolah dan masyarakat membantu semua orang menjadi akrab denagn nilai-nilaimasyarakat yang berorientasi kerja. Menurut perspektif ini, pendidikan karir adalah usaha bergerak melampaui tujuan menghasilkan pekerja tidak kritis untuk pasar tenaga kerja. Program ini membantu memperluas pemikiran untuk memisahkan pekerjaan dari eksploitasi ekonomi dan menganggap karir sebagai sumber yang layak martabat manusia dan kebebasanya.

Bagaimanapun, beberapa karakteristik tampaknya penting untuk pendidikan karir, itu harus diberikan kepada semua siswa dan melibatkan semua pendidik.

6) Studi International ( study International)
Studi internasioanal telah mengangakt persoalan tentang apakah kurikulum sekolah bisa efektif dibeberapa daerah seperti ilmu pengetahuan tetapi tidak pada orang lain. Pendidik menjadi terganggu oleh temuan dari studi menunjukan bahwa gagasan-gagasan berharga, seperti ukuran kelas, karakteristik guru, dan metode pembelajaran , tidak berkolerasi dengan metodologi yang digunakan dalam studi telah menjadi issu tersendiri.

2.   Isu dalam Pengembangan Kurikulum menurut Ahli
Isu yang mempengaruhi pengembangan kurikulum selalu berubah sesuai dengan perubahan zaman, sosio-kultural, politik, ekonomi, bahkan isu-isu yang menjadi tren di dalam kehidupan masyarakat. Artinya isu dalam pengembangan kurikulum mencangkup seluruh aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena terlalu abstraknya masalah isu ini, maka Alan C. Ornstein dan Francis P. Hupkins (1996:277-300) membagi kurikulum dalam kategori sebagai berikut:
1. Consored Curriculum
Dilatarbelakangi oleh gerakan anti diskriminasi terhadap golongan minoritas yang kadang merasa dirugikan oleh beberapa buku teks atau bahan ajar, consored curriculum menjadi titik awal dari sebuah gerakan memperjuangkan keadilan di dalam dunia pendidikan khususnya menyangkut kurikulum. Dalam hal ini kurikulum diharuskan untuk memberikan penegasan dan melakukan penyaringan terhadap bahan ajar yang merugikan kelompok-kelompok minoritas. Kurikulum harus bersih dari isu-isu yang berbau rasis, pelemahan perempuan (gender), pesanan kelompok dominan, dan lain sebagainya. Pendek kata kurikulum harus netral dan detail.
2.        Compensatory Curriculum
Conpensatory curriculum menurut kurikulum untuk memerhatikan dan melakukan langkah-langkah penyelamatan terhadap kekurangan peserta didik. Langkah-langkah tersebut diistilahkan dengan kompensasi (compensatory) kurikulum terhadap masalah yang dihadapi peserta didik. Contoh nyata dari kompensasi kurikulum ini bisa dilihat pada program-program berikut: 1) Pendidikan usia dini, 2) Pendidikan sebelum masuk perguruan tinggi, 3) Program martikulasi, dan lain sebagainya.
3.    Irrelevant Curriculum
Bagian ini menurut kurikulum untuk selalu relevan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Caranya tentu tidak hanya dengan mengadakan pengkajian dengan melihat ke luar (kebutuhan dan permintaan masyarakat), tapi juga terus menerus melihat ke dalam guna mengadakan perbaikan terhadap materi-materi yang sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi yang terus berkembang.
4.    Emerging Curriculum
Emerging curriculum menurut kurikulum untuk selalu siaga terhadap isu-isu yang mendasar dan mendesak di dalam masyarakat. Misalnya, ketika masyarakat mulai resah dengan moralitas kawula mudanya dan perilaku seks bebas yang semakin merisaukan, maka saat itu juga kurikulum harus tanggap dan membantu masyarakat dengan mengadakan materi seperti materi moralitas agama dan budaya.



3.    Arah di bidang mata pelajaran (Directions in the subject fields)

Pembahasan dalam bab ini adalah mengatur secara berurutan, meskipun lebih dalam tren guna selain sebagai resital rinci peristiwa. Hal ini dimaksudkan bahwa bab ini mengungkapkan apa saja berbagai bidang pelajaran bagaikan di masa lalu,menjelaskan  arah mereka sekarang mengambil, dan menunjukkan kekuatan yang akan membentuk mereka di masa depan. Hasil analisis tersebut dilaporkan dalam bab ini, ada beberapa bidang subjek yaitu:
1) Matematika(Mathematic)
Sebelum  tahun 1950, sekolah umumnya dianggap matematika sekitar satu tema sentral: mahasiswa penguasaan keterampilan komputasi dasar. Pendekatan praktis namun sederhana untuk instruksi matematika tidak dapat mengakomodasi kebutuhan bangsa yang semakin meningkat untuk ahli matematika teoritis dan ilmuwan. Pada awal 1960, sebuah tren baru dalam instruksi matematika telah muncul, mahasiswa acquaisition matematika sebagai suatu disiplin.
Dua pengaruh membantu menciptakan tren dalam gerak. Para pengaruh pertama mencerminkan kebutuhan tersebut di atas untuk ilmuwan yang kompeten dan kreatif pengaruh lain pada kurikulum matematika adalah percaya bahwa setiap orang bisa mendapat keuntungan dengan memperoleh penyuluhan, matematika sebagai suatu disiplin. Secara singkat menyatakan, keyakinan adalah bahwa bidang materi pelajaran harus memperkenalkan pada siswa terhadap konsep-konsep umum, prinsip, dan hukum yang anggota penggunaan disiplin dalam pemecahan masalah.
2) Ilmu (science)
Semua  cabang perusahaan ilmiah bergantung pada dia prinsip-prinsip dan hukum matematika sebagai dasar untuk teori dan metodologi, karena ketergantungan ini, kurikulum tren dalam materi pelajaran ilmu pengetahuan di awal 1960 dibentuk oleh kekuatan yang sama yang matematika dipengaruhi, yaitu, proposal disiplin dan push untuk spesialisasi, kekuatan-kekuatan terutama mempengaruhi ilmu karena ia merasa bahwa kemajuan dalam masyarakat teknologi diperlukan pelatihan ilmuwan yang sangat terampil dan teknisi. Ilmu pokok saat ini adalah konseptual dan teoritis canggih. Siswa diperkenalkan dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dengan proses penemuan  dari percobaan sederhana. Kecenderungan untuk memanusiakan kurikulum telah menghasilkan multidisiplin untuk berbagai situasi masalah berlaku hukum dasar ilmu pengetahuan. Tidak seperti program ilmu pengetahuan dasar, sebagian besar program ilmu sekunder masih diorganisir sekitar topik seperti biologi, kimia, dan fisik, program ini dirancang untuk sebagian kecil mahasiswa.

3) Pendidikan Fisik (Physical education)
Sepanjang tahun 1960, penawaran pendidikan jasmani secara bertahap diperluas. Asosiasi Amerika untuk Kesehatan, Pendidikan fisik dan Rekreasi (sebuah organisasi yang beranggotakan 50.000 profesional) telah menyarankan lima pedoman untuk masa depan program pendidikan jasmani:
·         Rincian teknik massa pendidikan saat ini.
·         Meningkatkan fleksibilitas dari penawaran dan metode pengajaran.
·         Lihat olahraga sebagai lebih dari kompetisi atletik.
·         Meningkatkan kelas coeducational, berlayar, pelatihan konselor, pertahanan diri.
·         Mempromosikan kebugaran fisik sepanjang hidup

·         Asosiasi merekomendasikan bahwa metode pengajaran menekankan kegiatan yang dapat berfungsi sebagai kendaraan untuk pendidikan seluruh pribadi, aktivitas harus dirancang untuk memperkenalkan mahasiswa dengan potensi halus dan sering diabaikan dari tubuh manusia.

4)   Bahasa inggris (English)
Bahasa  Inggris di sekolah sebuah mata pelajaran yang relatif muda, tidak lebih dari 100 tahun. Ada berbagai studi retorika bahasa inggris, pidato, ejaan, literaty, sejarah, dan membaca, berikut  penawaran ini traditioal bersatu di bawah pengajaran  dari inggris mata pelajaran tunggal dengan sastra, bahasa dan komposisi membentuk komponen utama. Guru bahasa Inggris dan pekerja kurikulum masih bertanya-tanya apakah program harus menampilkan karya-karya besar sastra atau menekankan masalah kontemporer dan interpretasi psikologis modern. Ada kekhawatiran meningkat tentang Inggris baru sebagai siswa lulus menemukan bahwa mereka tidak dilengkapi dengan dasar membaca dan kemampuan menulis yang diperlukan untuk pekerjaan. Dalam laporan, tren saat ini dalam pengajaran bahasa Inggris mencerminkan tiga konsep yang saling bertentangan. Gur yang  menilai basis orientasi akademik intruksi mereka pada apa sarjana lakukan di lapangan. Mereka yang berpikir pendidikan sebagai pertumbuhan pribadi hadir untuk pedagogi sebagai sociiated dengan ekspresi lisan, proyek, media populer, literalure kontemporer, dan komentar sosial. Mereka yang berpikir Bahasa Inggris sebagai seperangkat keterampilan mekanik dalam penggunaan bahasa yang berfokus langsung pada membaca, mengeja, dan menulis.

5)   Ajaran Membaca (the Teachin of Reading)
Tren dalam pengajaran membaca selama dekade ini diikuti mereka dalam seni bahasa lainnya. Struktur kalimat lebih bervariasi bekerja di mulai bahan bacaan dan beberapa guru menggunakan pendekatan bahasa pengalaman dimana anak belajar membaca dengan membaca apa yang mereka sendiri telah berbicara. Arah masa depan dalam pengajaran membaca akan merespon agenda berikut menarik bagi peneliti dan pembuat kebijakan:
·         Penyalah gunaan  instruksi berdasarkan model hirarkis  mencerminkan kekhawatiran bahwa mungkin adakonsekuensi yang kepercayaan tidak lebih menguntungkan dari kepercayaan pada pendekatan prespektif diagnostik yang bersandar pada hirarkis yang tidak sepenuhnya divalidasi.
·         Hubungan tugas instruksional untuk kemampuan perkembangan ditentukan dan perbedaan budaya anak-anak.
·         Cara untuk meningkatkan pemahaman dalam membaca. Akan ada penelitian lebih besar, misalnya, pengaruh anak untuk les anak pada belajar untuk kedua memahami dan menggunakan apa yang dibaca.
·         Cara untuk mencocokkan bahan bacaan bagi perkembangan kognitif remaja dan orang dewasa.

6) Sejarah dan ilmu sosial (History and Social Studies)
                Sejarah
Mata pelajaran baru sejarah materi dan metodologi, berevolusi dari kekuatan yang sama yang telah mempengaruhi bidang pokok lain, yaitu usulan disiplin dan dorongan menuju spesialisasi. Subyek sejarah dipilih untuk memberikan siswa dengan dasar konseptual yang dapat didasarkan spesialisasi. Penekanan ditempatkan pada metode sejarawan penelitian, analisis, dan interpretasi. Siswa tidak lagi diperlukan untuk

menghafal fakta-fakta belaka atau kronologi, melainkan untuk mengungkapkan pemahaman untuk teori-teori sosiologis umum. Pendekatan konseptual mendorong siswa untuk secara terbuka keraguan dan critize interpretasi buku teks sejarah. Siswa menarik kesimpulan mereka sendiri dan perspektif sebelumnya sering ditemukan bias dan tidak dapat diandalkan. Perhatian publik tentang protes kampus mengakibatkan permintaan bahwa sejarah diajarkan dalam mannner yang akan membuatnya berlaku untuk resolusi konstruktif masalah comunity. untuk accomondate permintaan ini, pakar kurikulum menyarankan mengintegrasikan studi sejarah dengan penelitian dalam mata pelajaran lain. Penekanan sekarang sedang ditempatkan pada memberikan pemahaman dasar untuk pengaruh historis pada kehidupan masyarakat. Kegiatan belajar yang disarankan meliputi mempelajari pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi pada periode sejarah, identtifying hubungan antara gerakan historycal dan pengembangan di bidang seni dan menyelidiki efek bussines dan industri pada sejarah lokal.
Ada cara lain di mana kurikulum sejarah kemungkinan akan berubah dalam yaers depan. Orang seperti Sleeper Martin yang sedang guing bahwa kurikulum desain dalam bidang sejarah harus didasarkan pada teori kognitif perkembangan daripada berkonsentrasi hanya pada makna sejarah yang telah ditetapkan sebagai bidang (logika sarjana) atau memfokuskan hanya pada keprihatinan siswa dan bagaimana sejarah dapat membantu mereka. Sebagai contoh, anadolescent mencoba menjadi kurang egosentris dan belajar untuk berhubungan dengan orang lain mungkin menggunakan sejarah untuk mengungkap dasar untuk perbedaan budaya orang lain.
Sosial studi
Ilmu sosial adalah istilah yang mencakup untuk beberapa subjek masalah termasuk sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Semula, tujuan dari kurikulum studi sosial adalah pembentukan "kepribadian sisi kaya dan banyak, dilengkapi dengan penyuluhan, praktis dan terinspirasi oleh cita-cita sehingga mereka dapat membuat jalan mereka dan memenuhi misi mereka dalam masyarakat yang berubah yang merupakan bagian dari kompleks dunia. Ada dua kecenderungan pada  sosial studi kurikulum. Salah satunya adalah untuk menggambar secara substansial dari berbagai disiplin ilmu sosial baru dalam mengembangkan program-program sosial studi. Lainnya adalah untuk mempelajari masyarakat  mengatur konten kurikulum di sekitar studi tentang budaya dunia dan urusan internasional.

      7) Bahasa asing (Foreign Language)
     6 tahun sebelum Sputnik, The Modern Language of America menyatakan keyakinan bahwa kami tidak cukup banyak orang mengajar bahasa asing. Perhatian Natioanal untuk kemajuan penelitian ilmiah dan teknologi di akhir tahun lima puluhan mengutamakan  kebutuhan untuk pertukaran internasional penelitian penyuluhan, satu atau dua bahasa asing menjadi persyaratan sekolah menengah dan university. Siswa sekarang sedang mendukung untuk berpartisipasi dalam perencanaan program bahasa . Kecenderungan muncul dari kebutuhan untuk membuat seni bahasa yang relevan dengan kebutuhan siswa. Bahasa pokok untuk tahun 1980 mungkin akan mencakup penekanan pada keterampilan berbahasa dasar maupun yang dibutuhkan untuk membaca dan menulis. Keterampilan berbicara akan terkait dengan budaya asing mulai dari kencan khusus untuk masalah uraban. Narasumber bisa membawa hidup untuk bahasa. Orang yang tidak bisa berbahasa Inggris di masyarakat dapat diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas belajar.

8) Seni (The Arts)
     Petunjuk luas revisi kurikulum diperlukan dalam seni didirikan pada tahun 1958. Pada saat itu, dewan amerika panel masyarakat belajar pada kurikulum membuat dua rekomendasi. Pertama, pendekatan dasar menjadi kreatif, yang memungkinkan mahasiswa di studio dan lokakarya untuk secara pribadi terlibat. Kedua, bahwa materi historis nya dimasukkan untuk mengembangkan pengertian siswa warisan dalam seni. Seni kurikulum dia pertengahan tahun 1960 dirancang untuk memberikan para siswa dengan penghargaan terhadap estetika tema dasar dinyatakan dalam segala bentuk seni. Permasalahan yang dibahas konsep-konsep dasar seperti ritme, gerakan, harmoni, dan konsep texture. Itu  harus dialami melalui mendengarkan (penghargaan musik), melakukan (bertindak, memainkan alat tradisional), dan menyusun (menekankan teknik klasik).


4. The Politics of Curriculum Making (Politik membuat kurikulum)
Pengambilan keputusan tentang apa yang akan dianggap berikut tahapnya:

v  Decision Making about What will be Taught
Ada beberapa definisi dari kurikulum yang mengubah kebanyakan analisis dari pembuatan kurikulum. Mengatakan, misalnya kurikulum adalah apa yang sebenarnya pelajar dari sekolah mengalami pandangan, kecenderungan, keterampilan, dan sikap menyataka pelajar pribadi memiliki peran besar dan menentukan kurikulum. Peserta didik individu dapat memutuskan untuk beberapa perluasan apa yang akan dielajari. Untuk analisis ini, kita akan memperlakukan keputusan kurikulum sebagai pilihan kebijakan sadar yang mempengaruhi apa yang dipelajari. Ini berkaitan dengan sifat program, rencana pre-instruksional, bahan, atau kegiatan yang menggambarkan program-program pendidikan yang terorganisir dari sekolah atau kelas keputusan. Mereka dibuat dengan maksud tujuan pengendalian, materi pelajaran, metode, dan urutan instruksi. Kebijakan kurikulum memang membuat antisipatif. Tidak semua yang membuat kurikulum melakukannya dengan cara yang sama. Seorang pengawas sekolah yang membujuk dewan untuk menginstal sebuah program pendidikan karir yang mempengaruhi kurikulum.
v  Level of Curriculum Decision Making(tingkat kurikulum pengambilan keputusan)
John Goodlad mencatat bahwa kurikulum pengambilan keputusan terjadi pada beberapa tingkat keterpencilan dari pelajar dan bahwa itu dijalankan oleh berbagai orang. Satu tingkat adalah instruksional. Di sini keputusan yang harus dibuat terutama tanggung jawab guru atau guru membimbing kelompok tertentu peserta didik. Tingkat kedua adalah adalah instusioanal: pada tingkat ini adalah keputusan terutama tanggung jawab kelompok fakultas total di bawah pimpinan administrator. Tingkat ketiga adalah masyarakat. di sini keputusan adalah tanggung jawab dewan  dan legislator di tingkat lokal, negara bagian dan federal.

v  The Politics of Curriculum Decision Making (Politik kurikulum pengambilan keputusan)
Kurikulum pengambilan keputusan politik. Tekanan dari semua jenis yang mengusulkan nilai-nilai bersaing tentang apa yang akan diajarkan. Sebagai contoh, sebuah dewan negara harus memutuskan apakah akan menyerah pada upaya untuk memiliki versi Alkitab asal manusia teori penciptaan menjadi bagian dari konten di sekolah atau mengikuti preassure dari mereka yang ingin hanya teori evolusi Darwin diajarkan . Sebuah pemetaan titik-titik leverage untuk membuat kebijakan kurikulum di sekolah lokal akan sangat kompleks, selain bekerja di dalam sekolah atau kelas, guru cenderung untuk mempengaruhi kebijakan kurikulum di arena polisal lebih besar.

5.        Peserta dalam menentukan kebijakan kurikulum (Participants in Determining Curriculum Policy)

v  Guru (teachers)
Pada tingkat ruang kelas atau instruksional, kebanyakan guru memiliki kesempatan untuk menentukan tujuan instruksional dalam sebuah pekerjaan keseluruhan yang menunjukkan apa yang diajarkan. Sering mereka dapat juga dan ketertiban kegiatan belajar untuk mencapai tujuan ini. Mereka membuat keputusan kurikulum penting ketika mereka memutuskan untuk kegiatan kelompok di sekitar pusat pengorganisasian tertentu seperti masalah, proyek, luas inquirey, topik pelajaran, dan unit. Namun kebebasan guru dalam pengembangan kurikulum bervariasi. Organisasi guru mulai melihat masalah kurikulum.

v Kepala Sekolah (Principals)
Meskipun deskripsi pekerjaan formal sebagai pemimpin kurikulum, tren utama menjadi sedikit lebih dari satu perantara antara kantor pusat, orang tua, dan staf dalam melaksanakan kurikulum. R.J. Pellegrin ditemukan, misalnya, bahwa kepala sekolah yang terbebani dengan seperti banyaknya kegiatan manajerial yang sangat sulit bagi mereka untuk mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan untuk inovasi pada skala besar. Kepala sekolah harus secara aktif terlibat dalam membuat kurikulum hanya di sekolah-sekolah di mana mereka telah merencanakan tanggung jawab tanpa tanggung jawab operasi yang berat. Sebagai contoh, telah menemukan bahwa, di bawah desentralization, pengaruh kepala sekolah telah terbesar dalam memilih bahan, mengubah program di daerah konten, dan dalam menentukan tujuan sekolah. Terutama pengembangan kurikulum belum membaik dalam sistem desentralisasi sekolah karena guru dan kepala sekolah tidak memiliki keterampilan tachnical untuk pembuatan kurikulum dan penyempurnaan dari peran mereka.

v  Pengawas (Superintendent)
Para pengawas perubahan mempengaruhi kebijakan kurikulum dengan menanggapi hal sebelum dewan pendidikan, inisiasi  program untuk penyuluhan penataran guru, membuat personil daerah menyadari perubahan yang terjadi di sekolah atau sekolah lainnya dan moderator tuntutan luar untuk perubahan. Pengawas harus mengambil tuntutan kurikulum dari pemerintah federal dan membuat mereka diterima oleh penduduk setempat. Pengawas juga menilai diri mereka paling lemah dalam kurikulum dan pengajaran, sebagai lawan dari kinerja di bidang keuangan atau rancangan pengelolaan.

v  Siswa/ Peserta Didik (Students)
Mahasiswa, jarang yang memiliki pengaruh resmi atas apa yang mereka pelajari. Tentu aja ada, pada  sekolah di mana ketentuan dibuat untuk beberapa pemerintah asli oleh siswa. Petugas Mahasiswa dapat dipilih dan diangkat ke dewan kebijakan. Mereka bahkan dapat menyetujui janji fakultas dan menentukan penawaran kursus dan persyaratan akademik, dan informal. Bagaimanapun, mahasiswa memiliki banyak pengaruh atas apa yang diajarkan.


v Dewan Sekolah Lokal (local School Board)

Sebuah analisis politik terbaru menunjukkan papan lokal pendidikan memainkan peran dimininshing dalam pengambilan keputusan yang sebenarnya anggota penstempel profesional sering merekomendasi. Anggota dewan biasanya tidak memiliki kompetensi teknis yang mereka butuhkan untuk memutuskan program kurikulum khusus.

v Masyarakat setempat (Local community)
peran masyarakat awam lokal dalam merumuskan kurikulum minimal. Masyarakat tahu sedikit tentang isi kursus dan tidak terlibat dengan masalah kurikulum umum. Vandalisme, narkoba, dan disiplin cenderung dilihat sebagai masalah, bukan sebagai masalah kurikulum. Sampai sekarang masyarakat setempat meninggalkan perencanaan kurikulum untuk profesional. Hanya kadang-kadang tidak umum terlibat dalam kurikulum.

v Regional, negara, dan lembaga national (Regional, State, and Nasional agencies)
Negara latihan memanfaatkan kurikulum dalam banyak hal, legislatif negara sering meresepkan apa yang harus diajarkan. Sopir pelatihan dan kursus dalam bahaya alchol dan narkotika biasanya diamanatkan. Departemen negara peran dewan pendidikan dan kondisi pendidikan bervariasi.Di Inggris baru sekolah lokal memiliki banyak kebebasan dari kontrol negara.

v Badan Penguji (Testing Agencies)
Lembaga pengujian telah membantu membuat "nasional" kurikulum. Tets Standar untuk masuk perguruan tinggi telah cukup didefinisikan dengan baik apa yang siswa akan kolase harus tahu dengan cara pemahaman dan penalaran. Bacaan lebih lanjut standar nasional dan tes matematika diberikan dalam sekolah dasar banyak menentukan isi spesifik dari kurikulum.

v Buku teks dan materi kurikulum lainnya (Textbook and Other Curriculum Materials)
Kebanyakan mengajar sekolah adalah dengan buku pelajaran atau materi kurikulum lainnya,seperti panduan, workbook, dan apparatus. Students laboratorium lebihmungkin untuk mempelajari apa yang mereka telah diajarkan sesuatu yang lain.

v Pemerintah Federal (The Federal Government)
Pemerintah federal telah menjadi pengaruh yang sangat kuat dari bahan jenis digunakan di sekolah. Terutama melalui Science bangsa Foundation (NSF) dan Kantor Negara Serikat Pendidikan (USEO) telah dikerdilkan semua upaya pengembangan kurikulum sebelumnya oleh negara, sistem lokal, dan perusahaan swasta. Laboratorium regional Federal didukung, para sarjana akademik, dan organisasi nirlaba yang telah menghasilkan materi kurikulum yang telah digunakan di sekolah kita yang paling, umumnya bahan ini telah memodifikasi isi materi daftar mata pelajaran, matematika, sains, Bahasa Inggris, membaca, bukan disiplin baru diperkenalkan ke sekolah.






BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Saya pikir kurikulum tersembunyi menunjukkan sampai kebutuhan kita akan memperhatikan pengalaman  dan memahami Pendidikan itu sendiri : apa arti dari moralitas? Bagaimana moralitas itu diajarkan? Semua itu harus kita pahami, Pluralisme budaya adalah penting karena mencakup tujuan yang berbeda dan memberi berbagai tanggapan terhadap masalah bagaimana orang-orang dengan orientasi nilai yang berbeda dapat dididik. Mainstreaming merupakan masalah tepat waktu, bukan hanya karena cocok dengan minat yang tumbuh di hak anak, tetapi karena memberikan kita kesempatan untuk mengenal tujuan sekolah. Masalah pendidikan karir memaksa kita untuk membuat pilihan: kita bisa melihat semua pendidikan  membantu seseorang menuju  kejuruan menjadi lebih benar-benar  manusia atau kita bisa melihatnya sebagai melayani kebutuhan negara perusahaan. Sebagian besar masalah adalah turunan dari dua kekhawatiran mendasar, orang yang berdedikasi telah merasakan bahwa aspek kurikulum tidak konsisten dengan premis bahwa setiap manusia adalah penting terlepas dari ras, status nasional, sosial, ekonomi, atau mental. Eksploitasi peserta didik oleh kurikulum tersembunyi, penolakan nilai-nilai minoritas dalam kurikulum, dan kegagalan untuk merangsang terbelakang kasus-kasus di titik. Di samping hal tersebut, selaku pembelajar, pendidik, ataupun pembuat kebijakan, kita harus jeli dalam menangkap berbagai isu dan tren yang berkembang di dalam masyarakat dunia secara umum.
B.     Implementasi
·  Beneffit: kurikulum berkembang sesuai dengan tingkatan tahun ajaran seimbang antara kepentingan nasional dan daerah, mengetahui issu  yang berkembang pada kurikulum.
·  Impaction: dari temuan kontroversial juga banyak data yang berlimpah yang memerlukan analisa lebih lanjut, jelas bahwa pembelajar memerlukan waktu peningkatan dalam instuctional cenderung meningkatkan prestasi, tetapi  kami tidak tahu apa cara yang paling ekonomis untuk meningkatkan hal tersebut.

C.     Recomendasi: rekomendasi ini saya ajukan agar para akademisi calon-calon guru lainnya mengetahui dan memahami pengantar kurikulum dan issu-issu kurikulum yang berkembang di masyarakat diharapkan kedepannya kita tidak hanya belajar tentang kurikulum di Perguruan Tinggi saja tetapi  mempraktikanya nanti dengan benar sesuai kurikulum yang berkembang.













SUMBER REFERENSI

Neil.D.Mc. 1998.Curriculum: A Comperehensive Introduction. Little Brown and Company
C. Ornstein Allan dan P. Hupkins Francis. (1996). Curriculum Foundations Principles and Issues. New Jersey: Prentice Hall.
http://hendrizalman.blogspot.com/2012/04/ prinsip-dan-isu-dalam-pengembangan.html












































Tidak ada komentar:

Posting Komentar